Nomor 7

7. 


* Kunci emas yang tak bermakna, telah menutup pintu pagoda yang menyimpan barang mujijat, 

* Dengan anak kunci yang tak bermakna pula untuk membuka pintunya.

* Guru penerang yang memberi petunjuk, sungguh tak berbalas jasanya

* Mustika yang tak ternilai harganya, telah keluar dari pintu itu dan memancarkan cahaya terang benderang. 





Nasehat ke tujuh, belum sempat diutarakan kepada para Putera Buddha, air mata BUNDA sudah bercucuran, 

Ini semua disebabkan BUNDA merisaukan Putera Puteri KU yang telah lama tersesat di dunia fana, 

BUNDA di sorga siang malam bersedih hati dan mengeluh, 

Hati hancur berkeping-keping, dan air mata berlinang tak henti-henti nya, 

Sebenarnya bila tak mau insyaf, yang rugi adalah Putera Puteri KU sendiri, 




Tetapi sebagai BUNDA nya, AKU tak tega melihat anak-anak saendiri bakal tertimpa bencana dahsyat.

Kalian segeralah sadar dan turutilah nasehat BUNDA untuk membina diri dan meluruskan pandangan hidup ke arah yang benar,

Dapat menghayati kehendak BUNDA yang welas asih dan mengenang budi jasa Guru adalah orang yang bijaksana.

Budi jasa Guru yang memberikan satu titik petunjuk itu, walaupun engkau mengorbankan jiwaraga sekalipun juga tak dapat membalasnya !





Budi jasa itu setinggi gunung sedalam lautan, harap selalu dikenang dalam sanubari kalian,

Jika bukan karena petunjuk dari guru, mana mungkin engkau dapat melepas diri dari lautan penderitaan,

Mana mungkin dapat melampaui kehidupan dan mengakhiri kematian, juga dapat terhindar dari bencana hebat yang bakal terjadi ;

Juga karena budi jasa Guru lah, engkau dapat melintaskan Leluhur dari Alam Neraka, dan mengayomi keturunan berikutnya,

Seyogianya kalian semua dapat menuruti apa yang diajarkan oleh Guru, demi membalas kebajikan Guru terhadap kalian,

Orang yang membina diri bila melanggar bahkan mengkhianati perintah Guru nya,

Akhirnya pasti terhukum oleh TUHAN, bahkan Leluhur nya juga kena getahnya.





Seorang Budiman pasti setia kepada ajaran Guru nya, dan membina diri sesuai dengan ajaran “TAO” yang sejati,

Bersikap hormat, sabar dan ramah tamah kepada sesamanya,

Berperikemanusiaan sesuai dengan ajaran KETUHANAN,

Mentaati hukum, bersikap jujur, melaksanakan budi pekerti sesama manusia, bertindak bersih tak tercela,

Yang pria, berbuat sesuai dengan ajaran “Lima Relasi” dan “Delapan Kebajikan”,

Yang wanita, bertindak sesuai dengan ajaran “Tiga Kesetiaan” dan “Empat Kebajikan”,

Belajarlah kelakuan “Setia”, “Dapat Dipercaya” dan bertindak “Welas Asih”,

Bertindak “Jujur”, untuk mencerminkan watak manusia yang luhur.






Terhadap sesama umat “TAO” seperti saudara sendiri, sebab kita semua adalah anak dari TUHAN,

Jangan membentuk kelompok sendiri, dan jangan membedakan siapa bodoh siapa pandai,

Baik pria atau wanita, tak pandang kaya atau miskin, hitam atau putih, semuanya sama derajatnya,





Sebagai seorang pimpinan, harus mempunyai sifat lapang dada bagai samudera, ibarat gunung pun dapat ditampung di dalam nya,

Sering-seringlah membimbing umat yang baru untuk bahu membahu memajukan “TAO”,

Sebagai Satria harus tahan uji dan sanggup menghadapi macam-macam rintangan tanpa mengenal putus asa,

Walaupun harus mendaki gunung, mengarungi samudera, tak pernah mengeluh,

Tak suka mendengar pujian, tetapi lebih senang menerima kritikan, bila ada kesalahan dapat segera memperbaikinya,

Demikianlah seorang tokoh yang patut dipilih oleh TUHAN.

Orang yang demikian selain dihormati oleh bawahan, juga dapat bekerjasama secara harmonis dengan atasan ;

Mereka yang lebih senior, harus memiliki rasa tanggung jawab untuk memajukan umat yang dibelakangnya.





Saat ini keadaan dunia sudah sangat genting, semua orang wajib menjalankan tugas “TAO” yang imbang secara maksimal,

Janganlah mengecewakan nasehat BUNDA yang penuh cinta kasih ini,

Manusia memang bukan Dewa, tentu tak luput dari kesalahan, tetapi juga harus dapat segera sadar dan meralat kesalahan tersebut,

Tahu salah tetapi tak mau memperbaiki, dapat mengakibatka kelak sulit kembali ke sorga,

Semisal sudah berbuat jasa, tetapi kemudian berbuat dosa, maka jasanya akan terhapus,

Tetapi bila berbuat kesalahan namun dapat memperbaikinya dengan melakukan kebajikan,

Maka jasanya tentu tercatat, dan TUHAN tak akan mengesampingkan orang yang bertobat ;




Bila jasa nya besar, kesalahan nya sedikit, maka orang yang demikian pasti terdaftar di sorga ;

Tetapi bila dosa nya besar, pahala nya kecil, orang yang demikian pasti tertimpa bencana,

Demikianlah perhitungan yang adil dari YANG MAHA KUASA.





Sebelum berbuat kebajikan, sebaiknya bertobat dan memperbaiki kesalahan lebih dahulu, orang yang demikianlah patut menjadi tauladan.

Sejak dahulu kala, membina diri dengan “TAO” memang tidaklah gampang, pada zaman sekarang, ada cara tersendiri untuk melaksanakan.

TUHAN YANG MAHA KASIH memberikan kemudahan demi menolong umat manusia, tak membedakan pria atau wanita,

Tata cara membina diri dirobah lebih sederhana, sehingga mengurangi kemungkinan mengalami kegagalan,

Dibandingkan dengan orang terdahulu, maka proses mencapai kesempurnaan di zaman sekarang sangatlah mudah sekali,

Tak perlu mengalami penderitaan dan ujian yang berat,

Walaupun demi kemajuan “TAO” juga harus berkelana kemana-mana.

Bagi mereka yang dapat melintaskan tunas-tunas Buddha yang sesat,

TUHAN akan memberikan kedudukan yang terhormat di sorga.

Penderitaan yang dialami selama perjuangan pelintasan tersebut,

Akan menambah mulia nya jasa pahala yang dikumpulkan,






Walaupun mengalami banyak fitnahan dan dibenci oleh orang yang tidak sefaham dengan nya,

Bila tiba saat nya, maka akan jelas siapa yang bijaksana, siapa yang bodoh ;

Meskipun menerima penderitaan yang diakibatkan oleh fitnahan dan tuduhan yang salah,

Akhirnya TUHAN lah yang memberi keputusan yang adil.





Dengan sifat yang suka mengalah dan tak ingin menonjol diri,

Berarti telah dapat membina hati nya untuk dikembalikan ke watak yang sejati, yaitu watak Buddha.

Dalam ujian, ada yang berbentuk berlawanan, ada yang searah,

Bila tak ada rintangan untuk menguji, pasti tak akan menjadi seorang Buddha.

Walaupun ada kala nya yang jahat posisi nya kuat, yang benar posisi nya lemah,

Tetapi bila saat peradilan akhir tiba, maka yang jahat akan menerima akibatnya.





Sejak dahulu kala, membina diri dengan “TAO”, pasti ada rintangan dari Iblis,

Kebenaran kian cemerlang maka fitnahan datang nya kian gencar pula, demikian juga yang harus dialami oleh ajaran “TAO” yang sejati,

Ini semua bukan disebabkan oleh dosa orang yang membina nya terlalu besar.

Bila tak memiliki iman yang kuat, mana mungkin menduduki singgasana terhormat yang berbentuk bunga teratai di sorga.





Orang yang rejeki nya minim dan penakut, mental nya pasti tak teguh,

Orang yang demikian meskipun mendapat “TAO”, akhirnya juga mengundurkan diri, dan gagal kembali ke sorga ;

Anak-anak KU, janganlah beranggapan bahwa orang yang membina “TAO” adalah orang bodoh atau tak waras,

Bersungguh-sungguh membina diri, berbuat jasa besar mengumpulkan banyak pahala, maka nama nya akan harum sepanjang masa.

Anak-anak KU sekalian, apakah tidak ingat Tiga Nabi besar dari masing-masing agama ?

Mereka permulaan juga mengalami penderitaan yang hebat, tetapi nama nya dapat harum abadi sampai sekarang,

Sudah hampir tiga ribu tahun lama nya, umat manusia di dunia tetap mengenang mereka ;

Sungguh membanggakan jika dapat mencapai kesempurnaan hingga naik ke sorga, dan nama nya dikenang oleh umat manusia di dunia,

Sejajar kedudukan nya dengan para Suci yang ada di langit !





Zaman sekarang adalah saat pelintasa secara umum Tiga Alam Loka,

Akan memilih 3.600 Dewa dan Buddha.

Dan 48.000 orang Suci, guna dinobatkan sebagai tokoh tauladan di zaman Pancaran Putih, yang akhirnya akan menikmati kebahagiaan nan abadi.

Barang siapa bertindak maju dan berlaku bijaksana, pasti dapat menjadi orang Suci.

Bagi orang yang telah berbuat kebajikan besar, pahala nya dapat mengharumkan nama Leluhur dan mengayomi keturunan nya untuk menikmati kebahagiaan yang langgeng.

Barang siapa yang dapat menuruti kehendak TUHAN, akan mendapat kedudukan mulia, yang menentang akan menderita kesengsaraan.





Sampai disini dahulu nasehat BUNDA yang ke tujuh, Tiga Unsur Cerdik Pandai ( San Jai ), boleh istirahat sejenak kemudian dilanjutkan.